CARA UNIK BRUNEI MENDAKWAHI NONMUSLIM MASUK ISLAM

Oleh: Fahmi Sofyan

Brunei Darussalam terletak dibagian utara pulau Kalimantan, ia diapit oleh Malaysia yang berbatasan diseluruh wilayahnya. Brunei Darussalam awalnya bergabung dengan Federasi Malaysia, namun akhirnya berpisah dan merdeka dari Inggris pada tahun 1984, kemerdekaan diberikan kepada Brunei dan uniknya mereka memilih tanggal 1 Januari 1984. Makanya Brunei Darussalam adalah salah satu Negara termuda di ASEAN.
Saya bersama anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh bertolak dari Bandara Kuala Lumpur Internasional Malaysia menuju Bandara Bandar Seri Begawan Brunei Darussalam pada tanggal 23 September 2019 untuk mengadakan lawatan kerja ke Pusat Dakwah Islamiyah yang terletak di Islamic Dakwah Center Brunei Darussalam. Pusat Dakwah Islamiyah adalah suatu Lembaga yang mulai beroperasi sejak 1 Januari 1985 yang memiliki Visi untuk menjadikan negera Brunei menjadi Negara Zikir dan memiliki Misi salah satunya adalah Menyebarluaskan dan Memantapkan Ajaran Serta Penghayatan Agama Islam Kepada Rakyat dan Penduduk Bagi Kesejahteraan Beragama dan Bernegara Menurut Ahlussunnah wal jamaah Mazhab Syafie. Lembaga ini memiliki ruang ruang lingkup kerja yang mengatur tentang Pentadbiran (Pengayoman terhadap masyarakat), Pengembangan Dakwah, Penyebaran Dakwah (diperuntukkan khusus bagi masyarakat nonmuslim), Pembangunan Mualaf (pendampingan/pembekalan bagi mualaf), Kajian dan penerbitan, Media (Dakwah melalui media baik itu TV, Radio maupun Internet), Pameran (yaitu memamerkan manuskrip kuno, batu arca, dan hasil sitaan Lembaga Dakwah terhadap buku-buku aliran sesat, kristenisasi, dan penyimpangan-penyimpangan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat)
Dalam lawatan itu Kami diterima langsung oleh Penanggung jawab masalah Penyebaran Dakwah Ust.H.Mansyuri di Lantai II Gedung Pertemuan Utama. Bidang Penyebaran Dakwah mempunyai tugas inti dan fungsi untuk mendakwahi masyarakat nonmuslim sehingga mereka masuk Islam, disamping itu juga untuk mendakwahi/mengajak masyarakat muslim untuk lebih dekat dengan Allah SWT dengan mengadakan kajian-kajian, Zikir dan membiasakan masyarakat untuk memulai dan meyudahi sesuatu dengan membaca doa (ini kita jumpai di semua perkantoran yang ada di Brunei Darussalam). Dalam sambutannya Penanggung jawab masalah Penyebaran Dakwah Ust.H.Mansyuri mengatakan bahwa semenjak Lembaga ini menjalankan tugasnya ada sekitar 400 s/d 500 Masyarakat nonmuslim yang sudah masuk Islam, ini merupakan hasil yang sangat luar biasa kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk Brunei Darussalam yang mencapai 470.000 orang dan lebih kurang 80.000 orang yang tinggal di Ibukota Bandar Seri Begawan.
Ada hal yang sangat menarik yang dilakukan oleh Lembaga Dakwah Islamiyah Brunei Darussalam dalam mendakwahi masyarakat nonmuslim yang perlu kita tiru,
Pertama; Sebelum melakukan Dakwahnya, Lembaga Dakwah Islamiyah terlebih dahulu menyurati mereka secara resmi untuk mengajak mereka berwisata islami. Setelah surat resminya direspon Lembaga Dakwah Islamiyah Brunei mengajak mereka untuk melakukan lawatan religi ketempat-tempat ibadah ummat Islam seperti masjid dan surau, salah satunya adalah masjid Sultan Hasanul Bulqiah (masjid kebanggaan masyarakat Brunei Darussalam) yang didirikan oleh Sultan Hasanul Bulqiah sendiri, masjid ini didirikan pada tahun 1988 dan resmi dibuka untuk umum pada tahun 1994, terdapat 29 kubah emas yang menghiasi masjid ini yang mengandung arti Sultan Hasanul Bulqiah adalah Sultan Brunei yang ke 29. Dipintu masuknya sudah disediakan Pakaian Muslim dan muslimah berbentuk jubah yang khusus diperuntukkan bagi non muslim (sama halnya seperti yang kita jumpai di masjid putra jaya Malaysia dan Masjid di Malaka), dan ini merupakan suatu syarat untuk bisa masuk kedalam masjid. Maka tak perlu heran kalau didalam masjid Sultan Hasanul Bulqiah kita jumpai karpet berwarna biru berukuran 2 X 10 meter yang diletakkan diatas karpet shalat, yang diperuntukkan bagi nonmuslim yang masuk kedalam Mesjid tanpa menginjak karpet shalat. Mereka juga diajak ke Meseum- Meseum Islam dimana mereka diperkenalkan tentang dakwahnya Rasulullah SAW dan para sahabat sahabatnya serta kuburan para ulama dan peran mereka didalam dakwah islamiyah. Hal ini mereka lakukan agar masyarakat nonmuslim lebih dekat dengan Mesjid dan lebih mengenal Islam sehingga bisa membuat mereka terbuka pintu hatinya untuk masuk Islam.
Kedua; Lembaga ini selalu menjemput bola bagi masyarakat nonmuslim yang ingin masuk Islam, yang mana masyarakat nonmuslim tidak perlu susah payah untuk mencari masjid, Surau atau kantor untuk proses pengsyahadatan tetapi cukup dengan menghubungi Lembaga Dakwah ini saja. Lembaga Dakwah ini bekerja dengan cara mengidentifikasi masyarakat nonmuslim yang akan masuk Islam kemudian mendatangi mereka. Makanya Proses pengislaman adakalanya dilakukan dirumah-rumah pribadi, di Masjid baikmitu Masjid Sultan Hasanul Bulqiah maupun Masjid Sultan Umar Ali Saifuddin yang tidak lain adalah nama Ayah dari Sultan Hasanul Bulqiah sendiri, di Surau, di Bilik Pengislamaan (kantor) Darul Huda (adalah salah satu bangunan yang terdapat didalam komplek Lembaga Dakwah Islamiyah), maupun di Pusat Dakwah Islamiyah itu sendiri. lebih menarik lagi Lembaga Dakwah mencoba melakukan pendekatan-pendekatan terhadap warga nonmuslim yang sudah sakit parah di ruang ICU dan mengupayakan untuk mensyahadatkan mereka. Hal ini mereka lakukan setelah terlebih dahulu meminta izin kepada sanak famili dan keluarga passien.
Ketiga; Kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Dakwah Islamiyah ini (terutama mendakwahi masyarakat nonmuslim untuk masuk Islam maupun pengsyahadatan terhadapat mereka) m

endapat dukungan penuh dari Sultan Hasanul Bulqiah yang dipertuan agungkan, buktinya Sultan ikut juga berdakwah bersama lembaga ini untuk mengajak masyarakat non Muslim supaya masuk Islam (ini dibuktikan dengan slide/gambar yang ditambilkan kepada kami, sultan sering sekali mendampingi proses pengsyahadatan). Untuk di Aceh sangat diharapkan agar Ulama dan Umara bekerjasama bahkan Umara diharapkan mendukung para Ulama yang menjalankan peran dakwahnya di Nanggroe Aceh yang kita cintai ini.
Mungkin tiga hal diatas bisa kita adopsi dan kita terapkan di Nanggroe Aceh ini, dan kita sangat mengharapkan dukungan penuh dari Pemerintah untuk menjadikan Aceh sebagai baldatun thaibatun wa rabbun ghafur dengan secara kontinyu terus memikirkan bagaimana supaya Islam terus berkembang di Nanggroe Aceh ini.