Korban Pemurtadan Resmi Masuk Islam

MEULABOH – Tiga korban pemurtadan dan pendangkalan akidah, masing-masing Ernawista alias Nonong binti Bustamam (27), warga Desa Suak Seumaseh, Juwita binti Karman, warga Desa Suak Geudeubang, serta Cut Susinilawati (18), pada Minggu (25/7) sekitar pukul 20.30 WIB resmi memeluk agama Islam kembali setelah mengucapkan dua kalimah syahadat.

Pensyahadatan ketiga perempuan itu dituntun oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat, Tgk Abdurrani di Musala Pendapa Bupati Aceh Barat.  Prosesi pensyahadatan disaksikan Bupati Ramli MS, Sekdakab Banta Puteh, puluhan pejabat, dan ratusan warga.  Saat ketiga korban mengucapkan janjinya untuk kembali ke agama Islam secara kafah, setelah sebelumnya tanpa sadar dibaptis sebagai jemaat Kristen, ketiganya ikut meneteskan air mata. Masyarakat yang menyaksikan prosesi itu pun tak kuasa menahan haru.

Para korban pemurtadan itu juga mengucapkan janji bahwa ia secara sadar, tanpa paksaan dari pihak manapun, kembali ke agama Islam. Mereka juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat Aceh Barat akibat tindakan mereka, sehingga meresahkan masyarakat setempat bahkan Aceh pada umumnya. Setelah satu per satu mengucapkan syahadat, ketiga wanita itu menyalami hadirin. Sekali lagi isak tangis tak terbendung atas kembalinya ketiga korban pindah agama itu ke agama asalnya, Islam.

Tamparan keras
Bupati Ramli MS dalam sambutannya mengatakan, terungkapnya kasus pemurtadan dan pendangkalan akidah yang dilakukan misionaris di wilayah itu, merupakan tamparan keras bagi seluruh masyarakat Aceh. Pasalnya, para misionaris itu telah berhasil mencuri hati satu per satu masyarakat Aceh yang notabene beragama Islam untuk dimasukkan ke dalam agama Kristen.

Hal itu, kata Ramli, tentulah sangat bertentangan dengan hukum serta praktik kebebasan beragama di Indonesia. Bupati Ramli MS meminta kepada seluruh ulama, unsur pemerintah, serta berbagai elemen masyarakat di Aceh Barat, juga Pemerintah Aceh, untuk serius menanggapi persoalan ini. Ia juga mengajak setiap muslim/muslimah di kabupaten itu untuk membentengi diri dengan menggelar pengajian atau majelis taklim di setiap desa. “Semakin besar kita tegakkan agama Islam, maka makin besar tantangan yang kita terima,” ujarnya.

Di sisi lain, kata Bupati Ramli, Pemkab Aceh Barat juga telah memperingatkan seluruh NGO asing maupun NGO lokal yang kini sedang menjalankan misi kemanusiaan dan pendidikan di wilayah itu. Untuk guru bahasa Inggris atau guru bidang studi lainnya, tenaga pengajarnya diharuskan beragama Islam. “Ini untuk mencegah terulangnya kasus serupa di wilayah Serambi Mekkah,” kata Ramli.

Resahkan Aceh
Ketua Umum Rabithah Muta’allimin Pidie (RAMPI) Tgk Munadi Usman didampingi Sekretaris Umum, Tgk Mukhtar Syafari kepada Serambi, Minggu (25/7) dalam siaran persnya menyebutkan, aksi pemurtadan yang dilakukan misionaris asal Amerika dan Sumatera Utara di wilayah Aceh Barat itu patut dikecam.

“Tak bisa dipungkiri bahwa aksi pemurtadan tersebut telah merambah daerah pedalaman Aceh. Karena dari dulu, aksi pemurtadan yang dilakukan misionaris sangat terselubung. Sasaran mereka adalah kaum bawah (underground),” sebut Muktar. Mukhtar menengarai, aksi misionaris sering dilakukan di daerah konflik maupun pascabencana alam, terutama di wilayah yang masyarakatnya hidup di bawah garis kemiskinan. “Untuk itu, kami imbau pemerintah pusat, Pemerintah Aceh, dan pihak terkait agar segera membongkar aksi pemurtadan yang sangat meresahkan tersebut,” ujar Munadi Usman. (edi/c43)

http://www.serambinews.com/news/view/35715/korban-pemurtadan-resmi-masuk-islam

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*