Rukhshah (Keringanan) Dalam Shalat Sunnah

oleh : Ustadz Abu Muawiah

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَبِّحُ عَلَى الرَّاحِلَةِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ وَيُوتِرُ عَلَيْهَا غَيْرَ أَنَّهُ لَا يُصَلِّي عَلَيْهَا الْمَكْتُوبَةَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat sunnah di atas tunggangannya, menghadap ke arah mana saja tunggangannya menghadap. Dan beliau juga melakukan shalat witir di atasnya, namun beliau tidak pernah melakukan shalat wajib di atas tunggangannya.” (HR. Al-Bukhari no. 1098)

Dari Amir bin Rabiah radhiallahu anhu dia berkata:

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الرَّاحِلَةِ يُسَبِّحُ يُومِئُ بِرَأْسِهِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ وَلَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ

“Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di atas hewan tunggangannya melakukan shalat sunnah dengan memberi isyarat dengan kepala beliau kearah mana saja hewan tunggangannya menghadap. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melakukan seperti ini untuk shalat wajib”. (HR. Al-Bukhari no. 1097 dan Muslim no. 701)

Dari Abdullah bin Syaqiq Al Uqaili dia berkata: Aku pernah bertanya kepada Aisyah tentang shalat (sunnah) nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka Aisyah radhiallahu anha menjawab:

كَانَ يُصَلِّي لَيْلًا طَوِيلًا قَائِمًا وَلَيْلًا طَوِيلًا قَاعِدًا وَكَانَ إِذَا قَرَأَ قَائِمًا رَكَعَ قَائِمًا وَإِذَا قَرَأَ قَاعِدًا رَكَعَ قَاعِدًا

“Beliau biasa melakukan shalat malam sekian lama sambil berdiri, dan beliau juga biasa melakukan shalat malam sekian lama sambil duduk. Jika beliau membaca sambil berdiri, maka beliau ruku’ dengan berdiri, dan jika beliau membaca sambil duduk, maka beliau ruku’ sambil duduk.” (HR. Muslim no. 730)

Dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma dia berkata:

حُدِّثْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: صَلَاةُ الرَّجُلِ قَاعِدًا نِصْفُ الصَّلَاةِ.
قَالَ: فَأَتَيْتُهُ فَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي جَالِسًا فَوَضَعْتُ يَدِي عَلَى رَأْسِهِ. فَقَالَ: مَا لَكَ يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو؟ قُلْتُ: حُدِّثْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَّكَ قُلْتَ: صَلَاةُ الرَّجُلِ قَاعِدًا عَلَى نِصْفِ الصَّلَاةِ, وَأَنْتَ تُصَلِّي قَاعِدًا؟ قَالَ: أَجَلْ وَلَكِنِّي لَسْتُ كَأَحَدٍ مِنْكُمْ

“Diceritakan kepadaku bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat seseorang yang dilakukan dengan duduk memperoleh setengah pahala shalat (dengan berdiri).”
Abdullah bin Amr berkata: Lalu aku menemui beliau, ternyata aku mendapati beliau shalat dengan duduk. Lalu aku meletakkan tanganku diatas kepalanya, maka beliau bersabda, “Ada apa denganmu wahai Abdullah bin Amr?” Aku menjawab, “Disampaikan kepadaku wahai Rasulullah, bahwa engkau bersabda, “Shalat seseorang dengan duduk mendapat separoh pahala shalat dengan berdiri,” lalu kenapa engkau shalat dengan duduk?” Beliau menjawab, “Benar, namun aku tidak seperti kalian.”
(HR. Muslim no. 735)

Maksudnya: Pahala shalat saya tetap sempurna walaupun saya shalat sambil duduk, berbeda dengan kalian.

Penjelasan ringkas:
Allah Ta’ala mensyariatkan shalat-shalat sunnah sebagai pelengkap dari shalat wajib, dan Dia menetapkan beberapa hukum berkenaan dengannya yang berbeda dengan hukum-hukum yang berlaku dalam shalat wajib. Hal itu guna memudahkan para hamba dalam mengerjakan shalat sunnah ini dan agar mereka termotifasi untuk memperbanyak shalat-shalat sunnah ini.

Di antara hukum yang berlaku khusus untuk shalat-shalat sunnah adalah:
a.    Bolehnya shalat sunnah di atas kendaraan. Karenanya, tidak boleh shalat wajib di atas kendaraan kecuali karena ada uzur.
b.    Di atas kendaraan, dia tidak diharuskan untuk menghadap ke kiblat, akan tetapi dia menghadap ke arah mana saja kendaraannya menghadap.
c.    Boleh shalat dalam keadaan duduk secara mutak, baik ada di atas kendaraan maupun tidak di atas kendaraan, baik sakit maupun tidak. Hanya saja jika dia shalat duduk dalam keadaan tidak ada uzur maka pahala shalatnya hanya setengah dari shalat berdiri. Tapi jika dia shalat duduk karena ada uzur maka insya Allah pahala shalatnya sempurna.
d.    Dalam shalat duduk, untuk ruku’ dan sujudnya diganti dengan isyarat kepala, yaitu dia menundukkan kepalanya sedikit sebagai ganti dari ruku’ dan menundukkannya lebih rendah lagi sebagai ganti dari sujud. Karenanya yang bergerak/berisyarat turun di sini hanyalah kepala, tubuh tidak ikut menunduk.
e.    Jika beliau membaca (al-fatihah dan surah) dalam keadaan duduk maka disunnahkan ruku’nya juga dalam keadaan duduk dengan mengisyaratkan kepalanya.

http://al-atsariyyah.com/?p=2099#more-2099

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*