Karakteristik Al-Aqidah Al-Islamiah

Oleh : Ustadz  Abu Muawiah

Karakteristik (Khashaish) adalah sebuah sifat baik yang sesuatu menjadi istimewa dengannya dan tidak ada sesuatu pun selainnya yang mempunyai sifat tersebut.

Karakteristik aqidah islamiah sangatlah banyak, di sini kami hanya akan menyebutkan sebagiannya:

1. Dia adalah aqidah ghaibiah (berkenaan dengan masalah ghaib).

Allah Ta’ala berfirman, “Alif Lam Mim. Inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, merupakan hidayah bagi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib.” (QS. Al-Baqarah: 1-3)

Hampir seluruh permasalahan aqidah islamiah yang wajib diimani oleh seorang hamba adalah bersifat ghaib, seperti rukun iman yang enam beserta rinciannya yang telah kita singgung di atas.

2. Dia adalah aqidah yang bersifat menyeluruh dan universal.

Hal itu karena Allah Ta’ala menyifatkan agama dan kitab-Nya dengan sifat sempurna, tibyan (penjelas) terhadap segala sesuatu dan pemberi hidayah bagi seluruh makhluk. Maka ketiga sifat ini melazimkan bahwa agama dan kitab-Nya itu telah menjelaskan dan mengatus segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan para makhluk di dunia dan di akhirat.

Keuniversalannya bisa dilihat dari ketiga perkara berikut:

a. Dia mencakup semua jenis ibadah. Karena ibadah itu adalah semua nama untuk semua perkara yang Allah cintai dan ridhai, baik berupa ucapan maupun amalan, yang lahir maupun yang batin.
Maka ibadah mencakup ibadah hati seperti cinta kepada Allah, ibadah lisan seperti membaca Al-Qur`an, ibadah badan seperti shalat serta ibadah harta seperti semua jenis sedekah. Dan dia juga mencakup meninggalkan semua perkara yang dilarang dalam agama dengan syarat dia meninggalkannya karena Allah.

b. Dia mencakup hubungan antara hamba dengan Rabbnya dan hubungan antara sesama manusia.

c. Dia mencakup kehidupan manusia ketika dia masih hidup di dunia, ketika dia hidup di alam barzakh dan ketika dia hidup di negeri akhirat.

3. Dia adalah aqidah yang bersifat tauqifiah (terbatas pada wahyu), tidak ada tempat untuk pandapat dan ijtihad di dalamnya.

Hal itu karena aqidah yang benar haruslah terdapat keyakinan yang pasti di dalamnya, karenanya rujukan dan asalnya juga harus sesuatu yang bisa dipastikan kebenarannya, dan sifat seperti ini (dipastikan kebenarannya) tidak bisa ditemukan kecuali pada kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya –shallallahu alaihi wasallam– yang shahih.

Allah Ta’ala berfirman, “Kalau kelak datang kepada kalian hidayah dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti hidayah-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 23)

Maka Allah menjadikan keselamatan dan kebahagiaan -dalam aqidah dan selainnya- hanya pada apa yang Dia datangkan berupa Al-Kitab dan As-Sunnah. Dan barangsiapa yang mengikuti selain keduanya maka baginya kecelakaan yang nyata.

Karenanya semua perkara yang bersifat dugaan -seperti kias, akal, anggapan baik, eksperimen- tidak bisa dijadikan rujukan dalam aqidah, apalagi kalau dia hanyalah khayalan dan khurafat seperti mimpi-mimpi dan ucapan seseorang yang jahil.

Akal bukanlah sumber aqidah, bahkan dia adalah sesuatu yang dipakai untuk memahami dan mentadabburi sumber aqidah sebenarnya -yaitu Al-Kitab dan As-Sunnah yang shahih-. Karenanya akal yang sehat lagi bersih dari semua kotoran tidak akan mungkin bertentangan dengan wahyu.

Semoga Allah Ta’ala merahmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiah tatkala beliau mengomentari para ahli kalam,

Cukuplah yang menjadi dalil akan rusaknya mazhab mereka (yang mendahulukan akal) adalah: Tidak ada seorang pun di antara mereka yang mempunyai sebuah kaidah yang bersifat baku dalam masalah apa saja yang dianggap mustahil oleh akal. Bahkan di antara mereka ada yang menyangka bahwa akal membolehkan dan mewajibkan sesuatu yang dianggap oleh selainnya bahwa akal menghukumi itu mustahil. Wahai betapa kasihannya, dengan akal yang manakah Al-Kitab dan As-Sunnah akan ditimbang?”

Lihat Al-Fatawa (5/29)
[Tashil Al-Aqidah Al-Islamiah hal. 16-19, karya Asy-Syaikh Abdullah bin Abdil Aziz Al-Jibrin]

Keutamaan Aqidah Islamiah.
Sebagai pelengkap pembahasan, maka kami akan menyebutkan beberapa keutamaan dari aqidah islamiah ini. Di atas telah disebutkan secara global beberapa keutamaan aqidah islamiah, yaitu: Dia merupakan tujuan Allah menciptakan manusia, mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab.

Berikut di antara keutamaan lainnya:

1. Pemeluk aqidah ini haram untuk ditumpahkan darahnya -walaupun setetes-, haram untuk dirampas hartanya dan haram untuk dilanggar kehormatannya.

Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak untuk disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Kalau mereka telah melakukannya maka mereka telah menjaga darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak islam dan hisab mereka atas Allah Ta’ala.”

(HR. Al-Bukhari no. 50 dan Muslim no. 22 dari Abdullah bin Umar)

2. Dia menyelamatkan pemeluknya dari siksaan Allah pada hari kiamat.

Dalam riwayat Muslim dari Jabir bin Abdillah secara marfu’, “Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah (meninggal) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun maka dia pasti akan masuk ke dalam surga, dan barangsiapa yang berjumpa dengan-Nya dalam keadaan berbuat kesyirikan kepada-Nya sekecil apapun maka dia pasti akan masuk ke dalam neraka.”

3. Dia bisa menghapuskan seluruh dosa.

At-Tirmizi meriwayatkan dari Anas bin Malik –radhiallahu anhu- bahwa dia mendengar Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi kesalahan, tapi kamu mendatangi-Ku dalam keadaan kamu tidak berbuat kesyirikan dengan-Ku sedikit pun, niscaya Aku akan menemui kamu dengan sepenuh itu pula ampunan.”

Dan hal ini juga ditunjukkan dalam hadits bithaqah (kartu kecil), yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash.

4. Dengan aqidah ini maka semua amalan yang dikerjakan akan diterima oleh Allah dan akan mendatangkan manfaat bagi pelakunya.

Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang mengamalkan amalan saleh dari laki-laki dan perempuan dalam keadaan dia beriman, niscaya Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan membalas mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka amalkan.” (QS. An-Nahl: 97)

Dan sebaliknya aqidah yang rusak akan menyebabkan tertolaknya semua ibadah bahkan menggugurkan semua ibadah yang pernah dilakukan.

Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi, “Saya adalah zat yang paling tidak butuh kepada sekutu. Karenanya barangsiapa yang mengamalkan amalan apa saja yang dia persekutukan Saya dengan selain Saya pada amalan tersebut, maka Saya akan meninggalkannya dan sekutunya.” (HR. Muslim dari Abu Hurariah)

Dan Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh Kami telah mewahyukan kepada engkau (wahai Muhammad) dan kepada semua nabi sebelum kamu: Kalau kamu berbuat kesyirikan maka pasti semua amalan kamu akan terhapus dan kamu betul-betul kamu akan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar: 65)

[Al-Irsyad ila Shahih Al-I’tiqad hal. 10-12]

Wallahu Ta’ala a’lam.

http://al-atsariyyah.com/?p=644

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*