YLI dan Mitra Kerja AFEP ke Kamboja

.

Untuk Belajar Pengelolaan Kehutanan

Yayasan Leuser Internasional (YLI) bersama mitra kerjanya di Program AFEP yang terdiri dari perwakilan Pemerintah Aceh, Wakil Bupati Aceh Tenggara, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), Majelis Adat Aceh (MAA), dan sejumlah perwakilan masyarakat berkunjung ke Kamboja.

Public Relation and Media Officer (Humas) YLI, Chik Rini, dalam siaran pers yang dikirimkan ke Serambi, Selasa (8/12) , mengatakan kunjungan selama lima hari (9-13 Desember 2009) itu dimaksudkan untuk belajar pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang cukup berhasil negara itu.

“Dalam kunjungan ini, tim akan melakukan rapat kerja dengan HE Ty Sokhun, Kepala Departemen Kehutanan Kamboja di ibu kota Phnom Penh. Tim juga akan bertemu dengan LSM PACT dan WCS yang bekerjasama dengan Pemerintah Kamboja untuk pengelolaan hutan di negara itu,” papar Chik Rini.

Selain itu, tim juga akan mengunjungi satu kawasan hutan di Provinsi Oddar Meanchey yang berjarak 3 jam dari provinsi Seam Reap, di mana sebuah Proyek Reducing Emissions from Deforestation and Degradation (REDD), berhasil dilaksanakan Pemerintah Kamboja dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan. “Program ini bisa menjadi pelajaran berharga, mengingat saat ini Pemerintah Aceh sedang melakukan inisiasi pendanaan karbon berbasis REDD untuk membiayai perlindungan hutan,” katanya.

Departemen Kehutanan Kamboja (FA), bersama dengan Pact dan Terra Global Capital belum lama ini telah mengembangkan proyek REDD (Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi) yang pertama untuk Kamboja. Proyeknya melibatkan 13 kelompok kehutanan masyarakat (CF), yang terdiri dari 58 desa, melindungi 67,783 hektar kawasan hutan di sebelah barat laut provinsi Oddar Meanchey.

Metodologi baru
Menurut Humas YLI itu, ini merupakan salah satu proyek yang pertama yang menggunakan metodologi baru dan diajukan sesuai pedoman-pedoman Standar Karbon Sukarela (VCS) maupun Alliansi Masyarakat Iklim dan Keanekaragaman Hayati (CCBA). “Proyek ini diperkirakan akan mengikat 7,1 juta ton metrik CO2 dalam waktu 30 tahun,” ujarnya.

Dijelaskan, pemerintah Kamboja yang pernah didera perang berkepanjangan berhasil menerapkan sebuah kebijakan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Aceh memiliki hutan dengan luas mencapai 3,3 juta hektar, penting untuk mengetahui model pengelolaan kehutanan yang berhasil dimana masyarakat dilibatkan secara penuh.

“Aceh perlu belajar banyak dari proyek-proyek kehutanan yang dinilai berhasil dari negara itu. Terlebih, Gubernur Aceh saat ini gencar untuk melakukan inisiasi perdagangan karbon sebagai bentuk kompensasi bagi Aceh untuk mempertahankan luasan hutan yang ada guna mencegah pemanasan global,” ujar Chik Rini.

Selama di Kamboja, kata Humas YLI itu, tim juga akan bertemu dengan perwakilan masyarakat yang terlibat dalam proyek REDD di Kamboja. Proyek kehutanan di Kamboja melibatkan juga LSM, pemuka agama dan pemimpin lokal lainnya. “Ini penting, mengingat salah satu tujuan AFEP akhir proyek yang didanai Multi Donor Fund melalui Bank Dunia ini adalah mengembangkan institusi pengelolaan konservasi dengan sistem keuangan yang berkelanjutan,” pungkasnya.(ask)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*